Apakah Kita Benar-benar Mencintai Al-Qur’an? Begini Cara Mengukurnya
Friday, July 26, 2019
Edit
وَقَالَ الرَّسُولُ يَا رَبِّ إِنَّ قَوْمِي اتَّخَذُوا هَٰذَا الْقُرْآنَ مَهْجُورًا
“Berkatalah Rasul: “Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Qur’an itu sesuatu yang tidak diacuhkan.” (Qs. Al-Furqaan[25]: 30)
Meskipun ada keindahan dari kata hadza pada ayat di atas, yang merupakan kebalikan dari dzalika. Dalam ayat di atas, Allah tidak berfirman Dzalikal Qur’an, melainkan berfirman Hadzal Qur’an. Hadzal berarti “sesuatu yang dekat.” Artinya Qur’an tersebut ada di hadapan kita, namun kita tidak serius menanggapinya.
Salah satu manfaat retorika dari kata hadzadalam ayat ini adalah pada hari kiamat, Quran akan dijadikan saksi. Bagaikan dalam pengadilan, ada saksinya, dan saksi/bukti itu dibawa ke hadapan hakim, dan dikatakan “Inilah bukti bahwa dia adalah seorang yang bersalah!” Jadi buktinya pada hari kiamat adalah Quran itu sendiri.
Dosa-dosa kita sudah cukup buruk, dan ketika Quran dibawakan sebagai saksi, Rasulullah S.A.W menunjuk Quran tersebut dan bersabda: “sesungguhnya kaumku menjadikan Al Qur’an itu sesuatu yang mahjura.”
Dan kata mahjura dalam ayat 30 surat al-Furqaan di atas artinya kita melupakan suatu hal, kita benar-benar tidak mempedulikan sesuatu dan meninggalkannya. Agar anda lebih paham, saya akan menjelaskannya lebih lanjut. Setiap orang tahu kata Hijrah yang berarti bepergian ke suatu tempat.
Ayat di atas bahkan tidak menggunakan kata Matrukan yang artinya “meninggalkan.” Namun ayat di atas menggunakan kata Mahjura yang berarti “meninggalkan SANGAT JAUH di belakang.” Jadi orang-orang dalam ayat ini tidak hanya meninggalkan Al-Qur’an, namun mereka meninggalkannya SANGAT JAUH di belakang mereka.
Dan saya ingin mengingatkan diri sendiri dan kita semua bahwa kita jauh dari persyaratan yang diinginkan Al-Qur’an. Meskipun kita membaca Quran, tetap saja kita dikatakan ber”hijrah” dari Quran, kita jauh dari Quran. Jika kita membacanya namuna tidak melihat perubahan dalam akhlaq kita. Itulah mentalitas dari Bani Israel.
Ngomong-ngomong, ayat di atas ada dalam surat Al-Furqan. Ini bukan surat yang panjang, jadi anda dapat membaca terjemahannya. Yang menakjubkan tentang surat ini adalah ketika kita sampai ke bagian akhirnya.
Ayat-ayat terakhirnya adalah tentang akhlaq seperti apa yang seharusnya dimiliki seorang Muslim. Kenapa akhlaq-akhlaq tersebut disebutkan ketika Rasulullah S.A.W mengadu tentang orang-orang yang meninggalkan Quran?
Karena seseorang yang tidak meninggalkan Quran punya kepribadian/akhlaq yang berbeda. Kepribadian mereka, karakter mereka, aksi mereka, bahkan teman-teman mereka juga berbeda.
Dalam surat Al-Furqaan ayat 72 Allah berfirman: “dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.”
Artinya orang-orang yang taat kepada Allah tidak ikut-ikutan di menjauh dari pertemanan yang tidak berguna.
Jika kita meninggalkan Quran, maka karakter kita pun ikut-ikutan menjadi buruk. Saya merasa umat ini menjadi jauh dari Al-Qur’an, dan kita harus memikirkan hal ini.
Putri saya membacakan Quran di rumah dan saya cuma memeriksa tajwidnya. Ketika dia membaca ayatnya, saya mulai menangis. Dia berkata: “Kenapa papa menangis?” Saya berkata: “Karena firman Allah.”
“Apa yang Dia firmankan?”, katanya. Saya berkata: “Allah berfirman bahwa Rasulullah akan mengadu tentang sekumpulan orang yang meninggalkan Quran.” Dia berkata: “Tapi kita tidak meninggalkan Quran, kita membacanya.”
Saya berkata: “Andai saja cuma disuruh membacanya, tentunya akan mudah. Kita tidak boleh hanya membacanya saja. Kita juga harus MENCINTAI kitab ini.” Dapatkah kita membuktikan
bahwa kita mencintai kitab ini MELEBIHI film manapun yang akan tayang di bioskop? Lebih daripada video game manapun? Apakah kita lebih banyak menghabiskan waktu dengan kitab ini daripada apapun? Apakah kita ingin memenuhi persyaratan dari kitab ini melebihi keinginan kita untuk memenuhi persyaratan dari orang lain?
Para pemuda ingin terlihat berotot karena mereka melihat gambar binaragawan-binaragawan, gadis-gadis ingin terlihat cantik jelita, kita ingin mendapatkan kekayaan seperti para milyarder, kita mengidolakan orang lain, namun siapa yang mengidolakan akhlaq yang dijabarkan dalam Quran? Karakter Rasulullah S.A.W ada di dalam Quran.
Kita harus menjadi orang-orang yang menanggapi kitab Allah dengan serius. Semoga Allah Azza wa Jalla menjadikan kita orang-orang yang mencintai kitab ini, dan menjadikannya bagian penting dari hidup kita, sehingga Allah memberikan rahmat dan memberikan barakah dari kitab ini.
Semoga Allah Azza wa Jalla membantu umat Muslim memahami kitab ini sebagaimana seharusnya. Semoga Allah membantu kita sebagai orangtua, bukan hanya mencintai dan memahami kitab ini tapi juga MEMBERIKAN KEMAMPUAN untuk mengajarkan kitab ini kepada anak-anak kita, sehingga anak-anak dapat bersaksi untuk kita di hari kiamat.
Semoga Allah Azza wa Jalla membantu pembangunan masjid, sekolah, madrasah, dan semua anak yang menghafal Quran. Semoga Allah bukan hanya membantu mereka menghafal Quran, tapi juga membantu mereka memahami setiap kata-kata di dalamnya, dan menghidupi kata-kata itu, dan shalat dengan hati mereka, tidak hanya dengan lidah mereka.
Semoga Allah menjadikan kita orang-orang yang benar-benar menghidupkan Quran, dan Quran hidup dalam hati kita sebagaimana firman-Nya:
“Sebenarnya, Al Qur’an itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu.” (Qs. Al-Ankabut[29]: 49)
Semoga Allah membuat ayat-ayat Quran merasuk dalam hati kita semua.
Oleh: Ustad Nouman Ali Khan
Sumber: anakmuslimtaat.blogspot.co.id