Menyedihkan, Nenek Rabina Hidup Sebatang Kara di Gubuk Reyot, Biasa Makan Sepiring Bersama 8 Kucingnya


Kehidupan manusia banyak menciptakan keindahan dan juga kepiluan. Seperti halnya kehidupan yang harus dijalani seorang nenek di Pamekasan, Jawa Timur ini.

Kendati hidup sebatang kara di tengah kemiskinan, ia tetap memiliki suatu hal yang selalu disyukuri.

Melansir dari Kompas.com, Rabina (92), warga Dusun Bertah, Desa Larangan Luar, Kecamatan Larangan, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur telah ditinggal mati suaminya lima tahun lebih.

Saat ini, ia tinggal sendiri di sebuah gubuk tua berdinding anyaman bambu yang sudah bolong-bolong.

Perkawinannya dengan laki-laki asal Desa Polagan, Kecamatan Galis, Kabupaten Pamekasan, tidak dikaruniai anak.

Kamar tidur berukuran 3×4 meter yang ditempatinya, berfungsi juga sebagai dapur.

Sebuah tungku bersama tumpukan kayu ditempatkan di beranda rumah.

Pendengaran Rabina pun sudah terganggu di mana suara keras di dekat telinganya sudah tak mamou didengar.

Berbicara dengan bahasa isyarat juga susah dipahami Rabina. Saat dikunjungi, Rabina sedikit terkejut karena tidak pernah kenal sebelumnya.

Perempuan berusia 92 tahun ini, mencoba berdiri dari depan tungkunya namun terhuyung.

Beruntung ada bambu penyanggah yang jadi pegangannya.

Tubuhnya yang kurus dibalut dengan kulitnya yang sudah keriput, menunjukkan usianya sudah sangat uzur.

Delapan kucing peliharaannya, selalu mengitari Rabina yang memegang sepiring singkong yang sudah direbusnya.

Delapan kucing itu pun bergantian menciumi singkong tersebut.

“Dikira singkong ini nasi dan ikannya. Saya kalau makan, sudah biasa sepiring dengan delapan kucing piaraan,” ucap Rabina.

Dengan spontan, Rabina kemudian melanjutkan cerita kehidupannya.

Selama hidup bersama dengan kucing piaraannya, Rabina mengaku tidak pernah kesulitan makan.

Kalau tidak masak sendiri karena tidak ada beras yang mau dimasak, terkadang ada orang lain yang datang mengantarkan masakan ke rumahnya.

“Kalau ada nasi, hanya sekepal yang saya makan. Selebihnya untuk kucing,” imbuh dia.

Hidup bersama kucing piaraannya, bagi Rabina bukan tanpa dasar. Menurutnya, kucing itu salah satu binatang yang dicintai Rasulullah SAW.

Makanya, sebanyak apa pun kucing yang dipiara, dirinya yakin akan menemukan rezekinya sendiri.

Bahkan, kucing piaraannya pernah mencapai 12 ekor hingga mau dibeli orang namun tidak dijualnya.

“Saya tidak menjual kucing. Kalau mau dipelihara, dengan ikhlas saya memberikannya,” terang dia.

Suatu ketika, ada tetangga Rabina yang memukul kucing sampai patah kakinya. Selang beberapa bulan dari kejadian itu, tetangganya jatuh dan mengalami patah kaki juga.

Sehingga, bagi Rabina, menyayangi kucing peliharaan sama saja menyayangi manusia karena sama-sama makhluk Tuhan.

Kendati hidup sebatang kara, Rabina masih sering didatangi tetangganya, Sanida (70), yang kondisinya juag sudah jompo.

Hampir setiap hari, dua lansia ini hidup berdampingan dan makan bersama.

Bahkan, Sanida mengaku, rezeki Rabina lebih baik dari dirinya hingga ia sering numpang makan di rumah Rabina.

Di usia senjanya, Rabina masih istikamah salat lima waktu. Mukenah dan sajadahnya selalu disiapkan di dekat tempat tidurnya.

Hidup miskin dengan berteman delapan kucing piaraannya, Rabina mengaku bahagia. Saat tidur pun, delapan kucing piaraannya ikut mendampingi di kasurnya yang kusam.

Sumber: pop.grid.id

Iklan Atas Artikel

SPONSOR

Iklan Tengah Artikel 1

Sponsor

Iklan Tengah Artikel 2

SPONSOR