Info Panas Ekstrem 45 C dalam 3 Hari Mendatang, Ini Kata BMKG

Petugas Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memantau perkembangan cuaca di layar pemantau cuaca di Kantor BMKG, Kemayoran, Jakarta, Rabu (31/10). TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Menyusul beredar pesan di media sosial yang menyebutkan cuaca panas ekstrem akan melanda beberapa wilayah di Indonesia, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memberikan klarifikasi bahwa pesan tersebut tidak benar.

"Sepertinya kurang tepat dan tidak benar," ujar Kepala Bidang Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG Hary Djatmiko kepada Tempo melalui pesan singkat, Rabu, 23 Oktober 2019.



Dalam pesan tersebut disebutkan bahwa beberapa wilayah seperti Tangerang Selatan, Banten dan Malang akan memiliki suhu hingga 44 derajat Celcius, bahkan di Pekanbaru mencapai 45 derajat Celcius dalam tiga hari ke depan. Termasuk di Papua Nugini nyaris 50 derajat Celsius yang diklaim dipantau oleh satelit NASA.

"Dear all, mulai besok sampai 3 hari ke depan di harapkan kurangi aktivitas di luar rumah karena cuaca panas extreme melanda Indonesia untuk 3 hari ke depan," demikian tertulis dalam pesan tersebut.

Pada 20 Oktober terdapat tiga stasiun pengamatan BMKG di Sulawesi yang mencatat suhu maksimum tertinggi yaitu, Stasiun Meteorologi Hasanuddin (Makassar) 38,8 derajat celcius, diikuti Stasiun Klimatologi Maros 38,3 derajat celcius, dan Stasiun Meteorologi Sangia Ni Bandera 37,8 derajat celciua.

Suhu tersebut merupakan catatan suhu tertinggi dalam satu tahun terakhir, di mana pada periode Oktober di tahun 2018 tercatat suhu maksimum mencapai 37 derajat celcius. Stasiun-stasiun meteorologi di pulau Jawa hingga Nusa Tenggara mencatatkan suhu udara maksimum terukur berkisar antara 35 derajat Celcius sampai 36,5 derajat Celcius pada periode 19 - 20 Oktober 2019.

"Berdasarkan persebaran suhu panas yang dominan berada di selatan khatulistiwa, hal ini erat kaitannya dengan gerak semu Matahari," kata Deputi Bidang Meteorologi
R. Mulyono R. Prabowo, dalam keterangannya, 20 Oktober 2019. "Seperti diketahui pada September, Matahari berada di sekitar wilayah khatulistiwa dan akan terus bergerak ke belahan Bumi selatan hingga Desember."

Sehingga, kata Prabowo, pada Oktober ini, posisi semu Matahari akan berada di sekitar wilayah Indonesia bagian Selatan (Sulawesi Selatan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan sebagainya). Kondisi ini menyebabkan radiasi matahari yang diterima oleh permukaan bumi di wilayah tersebut relatif menjadi lebih banyak, sehingga akan meningkatkan suhu udara pada siang hari.

"Selain itu pantauan dalam dua hari terakhir, atmosfer di wilayah Indonesia bagian selatan relatif kering. Sehingga sangat menghambat pertumbuhan awan yang bisa berfungsi menghalangi panas terik Matahari," tutur Prabowo.

Sumber: Tempo.co

Iklan Atas Artikel

SPONSOR

Iklan Tengah Artikel 1

Sponsor

Iklan Tengah Artikel 2

SPONSOR